Damai...

Tengah malam ini kuterjaga. Ntah apa yg membuatku terjaga. 02.35. Harusnya qiyamul lail, tapi masih dikasih waktu istirahat untuk ibadah... Mudah2an besok bisa intens ibadah ya Allah... Bersih...

Ntah apa dan mengapa, kulanjutkan membaca terjemahan yang msh terbuka di HP.. Syukurku padaMU..yang mempermudah segalanya. Terima kasih utk pembuat software terjemah alquran, sehingga aku bisa intens membacanya... Subhanallah..

Damai...
Aku rindu.... Aku tak ingin engkau jauh dariku. Temani hidupku hingga akhir hayat... Jangan tinggalkan aku. Hidup ini tak ada arti tanpamu... Kebersamaan yang pernah kita jalani, dalam lindungan dan ridloNYA... Bertemanlah lagi denganku damai... Aku sangat merindukanmu....

Sahabat terindahku...
Aku tau, engkau tak pernah pergi dariku, melainkan aku yang tinggalkanmu...
Hhhmmmhh.. Damai,,, tetaplah bersamaku dalam tiap langkah... Bersama akan kugapai kehidupan yang lebih layak kini dan nanti utk ukhrowiku...

Rindu ini begitu dalam..
Meretas hari bersamamu, dalam pelukanmu..
Tanpa resah jiwa, tanpa perih, tanpa luka..

Grave,
dalam ruang damai...
Powered by Telkomsel BlackBerry® Selengkapnya...

"WoW" Kok Malah Pilih Rokok Daripada Mikirin Gizi Anaknya?

Minggu, 10 Mei 2009 01:24 JAKARTA (SuaraMedia)  - Rokok menyebabkan ketergantungan yang menjerat konsumennya tanpa pandang status sosial ekonomi penggunanya. Konsumen rokok tidak lagi mempunyai pilihan untuk menentukan apakah merokok atau menunda rokoknya demi memenuhi kebutuhan makan bagi keluarganya. Akibat ketergantungan pada rokok, kebutuhan asupan makanan bergizi bagi anak balita dalam keluarga miskin seringkali dikorbankan. Demikian benang merah diskusi terbatas yang diprakarsai Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI), Sabtu (9/5), di Kemang, Jakarta. Diskusi bertema Kekurangan Gizi pada Balita dan Konsumsi Rokok Keluarga Miskin ini melibatkan para pakar di bidang kesehatan dan gizi, para pengambil kebijakan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi dan akademisi.   Dengan sumber daya ekonomi terbatas, 63 persen pria dewasa dari 20 persen penduduk termiskin di Indonesia mengonsumsi 12 persen penghasilan
bulanannya untuk membeli rokok yang merupakan pengeluaran kedua setelah padi-padian. Data Susenas 2006 menunjukkan, pengeluaran untuk membeli rokok adalah 5 kali lebih besar dari pengeluaran untuk telur dan susu, dua kali lipat pengeluaran untuk ikan, dan 17 kali lipat pengeluaran untuk membeli daging. Studi pada 175.859 rumah tangga miskin perkotaan di Indonesia selama tahun 1999-2003 mendapati, sebanyak 73,8 persen kepala keluarganya adalah perokok aktif, dengan pengeluaran mingguan untuk membeli rokok 22 persen yang merupakan porsi pengeluaran terbesar di atas beras. "Perilaku merokok kepala keluarga telah menggeser pengeluaran yang seharusnya untuk membeli makanan dan meningkatkan risiko gizi kurang, anak sangat kurus dan anak sangat pendek," kata Prof Farid Anfasa Moeloek. Dalam studi sejenis pada 361.021 rumah tangga perkotaan dan pedesaan pada tahun yang sama membuktikan, kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya merokok daripada yang tidak merokok. Risiko kematian populasi balita dari keluarga perokok berkisar 14 persen di perkotaan dan 24 persen di pedesaan. Dengan angka kematian balita 162.000 per tahun sebagaimana diungkapkan Unicef tahun 2006, maka konsumsi rokok pada keluarga miskin menyumbang 32.400 kematian tiap tahun atau hampir 90 kematian balita per hari. Dua faktor penyebab langsung kekurangan gizi pada balita adalah asupan makanan dan penyakit infeksi yang dipengaruhi kecukupan pangan, pola asuh, dan pelayanan kesehatan tidak memadai, kata peneliti dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Rita Damayanti. Kecukupan pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan, daya beli keluarga, dan pemanfaatan pangan. Daya beli cenderung hanya dikaitkan dengan tingkat pendapatan tanpa memperhatikan bagaimana keluarga membelanjakan uangnya sehingga uang yang tersedia menjadi tidak cukup untuk membeli makanan bergizi. Maka dari itu, untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga miskin dan dampak lanjutannya pada status gizi balita tidak cukup hanya dengan memberi tambahan uang (BLT) dan upaya ekonomi produkti lain tanpa intervensi pada pola pengeluaran rumah tangga, khususnya untuk membeli produk adiktif seperti rokok. "Karena itu, arus-utamakan masalah tembakau pada gerakan sadar gizi dan pencapaian sasaran pembangunan milenium (MDGs)," kata Roy Tjiong dari Hellen Keller International. Arus-utamakan masalah tembakau pada pedoman hidup bersih dan sehat, jadikan sekolah dan tempat-tempat umum bebas rokok atau kawa san tanpa rokok, lipat gandakan cukai tembakau, dan tegakkan fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang larangan merokok dengan meratifikasi aksesi Konvensi Internasional Pengendalian Tembakau atau FCTC dan advokasi Rancangan Undang Undang Pengendalian Dampak Tembakau, ujarnya. (kmp) SuaraMedia.Com

Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selengkapnya...

MUHASABAH

sumber: www.republika.co.id
Biarpun 'lelatu', terasa panas juga. Cobalah kita dekatkan muka kita ke bakaran sampah, percikan lelatunya akan bikin kita tidak tahan. Paman Nabi SAW, Abu Thalib, menurut sebuah riwayat, adalah satu-satunya orang yang menerima siksa paling ringan di neraka dan, karena itu, cukup ditempatkan di 'pucuk'nya. Tetapi, lelatu api itu saja tentu membuatnya kepanasan. Peringatan agar kita tidak tersentuh api (neraka), sebenarnya, cukup banyak. Makan harta anak yatim dengan semena-mena, misalnya, bahkan disamakan dengan 'makan' api (Q. S. 4: 10), yang kadar panasnya, tentu saja, lebih dari sekadar diusap lelatunya. Menyembunyikan ilmu, bagi seorang cerdik cendekia, ancamannya 'pecut' api di hari kiamat (Hadis riwayat Abu Dawud dan Turmuzi). Bahkan, hanya dengan menyakiti tetangga, seseorang diancam api neraka (Hadis riwayat Muslim).

Manusia, adalah makhluk yang, oleh Alquran, diberi stempel kafur (pembangkang), zaluman jahula (goblok aniaya), dan halu'an (gelisah, pemberontak) yang cukup membuatnya kebal muka atau kurang peduli meski terhadap ancaman-ancaman. Pembangkangan atau mengulang-ulang kesalahan, seakan sudah menjadi sifat sehari-hari manusia. Karena itulah, agar kita tidak jatuh menjadi makhluk yang kafur, zaluman jahula, dan halu'an, sebaiknya kita sering bermuhasabah, mengkalkulasikan jumlah kekhilafan yang kita perbuat kemarin dan hari ini. Adakah sumber rezeki kita yang tidak halal? Sudah bersihkan ucapan-ucapan kita? Apakah kita sudah menunaikan zakat, serta peduli dengan nasib orang lain? Kepada tetangga, apakah kita cukup akur? Apakah kita juga memendam kemunafikan? Dan seterusnya.

Hasil muhasabah itu akan terlihat, setidaknya dari barometer seperti yang digunakan oleh Rasulullah SAW, ''Barangsiapa keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang keadaannya hari ini seperti hari kemarin, dia sudah tertipu. Dan barangsiapa keadaannya hari ini lebih buruk dari hari kemarin, terkutuklah dia.'' (Hadis riwayat Hakim). Kita tentu tidak ingin menjadi orang yang tertipu, apalagi terkutuk. Kita tentunya ingin selamat, bahkan dari sentuhan lelatu pun. ahi

Selengkapnya...

KEJUJURAN.....

Keberulangan lagi dan lagi. Kebaikan yang selalu dibalas dengan rasa sakit dan perih. Jika saja seisi dunia ini selalu jujurdan terbuka. Andai saja semua orang hanya mengatakan yang benar dan tidak membuat kebohongan, untuk alasan apapun. Kebohongan tetaplah kebohongan, apapun alasannya. Semakin banyak yang tercium, semakin banya yang diketahui, namun semakin tanpamalu bersikukuh dirinya benar. Masya Allah.... Semoga kami selalu dijauhkan dari hal-hal seperti ini ya Allah....



LIE....

Apapun bentuknya, kecil, besarn bertujuan baik atau tidak, tetaplah namanya LIE. Karangan kafir aja sehingga ada white lie dan ntah lie jenis apalgi. Bagi saya kebohongan tetaplah kebohongan mengatakan sesuatu yang tidak terjadi, atau melebihkan kejadian, mengatakanyang tidak itu iya, dan yang iya itu tidak.



Kejujuran menjadi langka. Ketulusan menjadi suatu yang jarang terjadi. Inikah tanda-tanda kemunafikan? Aku mengetahuinya.... Aku mengetahui yang terjadi, lalu kenapa mengatakan yang salah? Yang tidak terjadi? Dan tidak mengakui yang terjadi? Sudah terbalikkah dunia ini? Sampai kapan kebohongan-kebohongan ini dipelihara? Sampai kapan selalu menemukannya? Sampai kapan harus menanti kejujuran?? Begitu beratkah, sulitkah untuk jujur? Untuk mengatakan yang sejujurnya? Percayalah, kebohongan-kebohongan itu hanya akan melilit lehermu sendiri....



Ya Allah....

Tunjukkanlah bawa yang benar adalah benar....

Berikan kami petunjukMU....

Amien....

Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selengkapnya...

Muntahar al Zaidi: Mengapa Saya Melemparkan Sepatu Kepada Bush

Tulisan ini diambil dan ersumber dari www.hizbut-tahrir.or.id
Muntahar Al-Zeidi, wartawan Irak yang melemparkan sepatu kepada Presiden AS George W. Bush,dibebaskan dari penjara satu pekan yang lalu. Al-Zeidi dihukum tiga tahun penjara namun hukuman itu kemudian dikurangi menjadi satu tahun. Banyak yang ingin tahu apa gerangan motif penyerangannya terhadap Bush yang kemudian menjadi kejadian bersejarah itu. Berikut penuturannya yang dikutip dari guardian. Sekarang saya bebas. Tapi negara saya masih menjadi tawanan perang. Telah ada banyak pembicaraan mengenai aksi yang saya lakukan, dan tentang pahlawan dan kepahlawanan, dan simbol dan tindakan simbolik. Tapi, sederhana saja, jawaban saya: apa yang memaksa saya untuk bertindak seperti itu adalah ketidakadilan yang menimpa rakyat saya, dan bagaimana para penjajah hanya ingin mempermalukan tanah air saya dengan menginjak-injaknya. Selama beberapa tahun terakhir, lebih dari satu juta orang telah mati oleh peluru penjajah dan Irak sekarang dipenuhi lebih dari lima juta anak-anak yatim, jutaan janda dan ratusan ribu orang cacat. Banyak jutaan orang yang kehilangan tempat tinggal di dalam dan di luar negeri. Kami pernah menjadi suatu bangsa di mana orang Turki dan Kurdi dan Asiria dan Sabean dan Yazid berbagi roti setiap harinya. Terlepas dari kenyataan bahwa kami berbagi rasa lapar di bawah sanksi selama lebih dari satu dekade. Kesabaran dan solidaritas kami tidak membuat kami lupa penindasan. Tapi penjajahan mencerai-beraikan kami, saudara dari saudara, tetangga dari tetangga. Mengirim rumah kita ke tenda pemakaman. Saya bukan pahlawan. Tapi saya punya sudut pandang. Saya punya sikap. Memalukan sekali melihat negara saya begitu terhina, Baghdad dibakar, dan rakyat kami dibunuh. Ribuan peristiwa tragis berkelebat di kepala saya, mendorong saya untuk melakukan konfrontasi. Skandal Abu Ghraib. Pembantaian Fallujah, Najaf, Haditha, Sadr, Basra, Diyala, Mosul, Tal Afar, dan setiap jengkal tanah kami yang terluka. Saya berjalan di atas tanah yang terbakar dan melihat dengan mata kepala sendiri penderitaan para korban, mendengar dengan telinga saya sendiri jeritan para anak yatim dan yang berduka. Dan perasaan malu menghantui saya dengan buruk karena saya tak berdaya. Selalu setelah saya menyelesaikan tugas profesional dalam melaporkan tragedi sehari-hari, sementara saya menghanyutkan sisa-sisa puing-puing reruntuhan rumah Irak, atau darah yang menodai pakaian, saya selalu menggeretakkan gigi dan membuat janji untuk korban kami, janji balas dendam. Kesempatan itu datang, dan saya menerimanya. Saya mengambilnya dari kesetiaan kepada setiap tetes darah orang tidak bersalah yang telah tertumpah melalui pekerjaan saya, setiap jeritan ibu yang berduka, setiap erangan anak yatim piatu, kesedihan dari korban pemerkosaan, atau tetesan air mata anak yatim. Saya berkata kepada orang-orang yang mencela saya: apakah Anda tahu berapa banyak rumah yang rusak? Berapa kali sepatu-sepatu mereka telah menginjak darah korban yang tidak bersalah? Mungkin sepatu adalah respons yang tepat ketika semua nilai itu dilanggar. Ketika saya melemparkan sepatu dalam terhadap George Bush, saya ingin menyampaikan penolakan terhadap kebohongannya, dengan penjajahan terhadap negara saya, penjarahan kekayaan negara saya, penghancur infrastrukturnya, dan pengusiran para anak laki-laki kami yang menjadi tak tentu arah. Jika saya menyelewengkan tugas jurnalisme, saya mohon maaf. Semua yang saya lakukan hanya mengekspresikan dengan hati nurani dari perasaan seorang warga negara yang melihat tanah airnya dinodai setiap hari. Profesionalisme ditangisi di bawah naungan penjajahan yang tidak boleh memiliki suara lebih keras daripada suara patriotisme. Dan jika patriotisme perlu untuk berbicara, maka profesionalisme harus bersekutu dengan itu. Saya tidak melakukannya supaya nama saya masuk sejarah atau untuk keuntungan materi. Yang saya inginkan adalah untuk membela negara saya.(eramuslim, 24/9/2009)

Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selengkapnya...

Mereka yang membawa hikmah..

Subhanallah,,, sampai juga melaksanakan ibadah ramadlan, meski belum sempurna.. Astaghfirullah,,,
Ramadlan meninggalkan kita, tak satupun yang bisa menjamin kita masih bisa bertemu dengannya tahun depan. Penyesalan demi penyesalan karna belum maksimalnya ibadah padaNYA.. hmmh... robbighfirlii....

Idul Fitri tiba..
Umat muslim merayakannya. mengunjungi sanak saudara, meminta maaf kepada semua. indahnya... meski aku tidak ikut serta mengunjungi keluarga dan teman.. maafkan aku... tidak bermaksud menganggap kalian tak penting... aku punya alasan lain.. yang harus kupendam sendiri...

Suatu hari pada idul fitri kemarin, sepasang suami istri tuna wicara bertamu ke rumah. Mereka datang dengan kedua anaknya yang normal *subhanallah...*, berusia 7 dan 5 tahun *kira2*. Trharu melihat mereka yang rukun, meski dengan kekurangan yang ada. Begitu optimisnya mereka menghadapi hidup. Dengan keterbatasan mereka, mereka hidup tawakkal dan penuh syukur.

Mereka kenal orang tuaku sejak mengikuti pelatihan di institusi pemerintah yang menaungi mereka yang secara lahiriah kurang sempurna *tak tega harus mengatakan mereka cacat.. :(*. aku sangat yakin, mereka kaya secara bathiniah... aku malu pada diriku.... :(

Setelah mereka pulang, ibuku cerita tentang kehidupan mereka. Ibu berkomunikasi dengan mereka dengan bahasa isyarat seadanya. beruntung, sang istri mampu sedikit bicara meski dengan keterbatasan bahasanya yang terbata2... Sang suami bekerja membantu perbaikan sambungan listrik, dan istri membuka Salon di rumah...

Istri mengatakan usaha salonnya sudah lumayan membaik dan kalo punya modal, bisa lebih dibesarkan. Ibu menganjurkan untuk mengajukan proposal ke Dinas Sosial setempat, karna ada alokasi dana untuk itu. Guess what she replied?? "MALU BU"...
Allahu Akbar.... Mereka yang jelas-jelas berhak menerima, berhak mendapatkan bantuan, tapi masih punya malu untuk jadi tangan di bawah dan mengambil yang memang hak mereka. lalu, kenapa banyak orang yang tanpa rasa malau bahkan dengan bangga mengambil hak orang? bahkan hak mereka yang lemah? tidakkah merasa malu? Sungguh sebuah teguran buatku juga. Alyaddul Ulya ahsanu min yaddi sufla.... tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah....

YA ALLAH....
Kenapa aku yang sempurna secara lahiriah, selalu mengeluh dan mengeluh?
Maha Besar Engkau,,, Allahu Akbar..
Selengkapnya...

AMPUNI AKU YA ALLAH....

Ya Allah,,,
Aku tersandung lagi..
Maafkan aku ya Allah,,
Aku bodoh,, aku lalai..

Ya Allah,,,
Siang ini, saat sedang melaksanakan sholat zhuhur, aku mendengar handphoneku berdering dengan ringtone yang sangat khas yang memang aku atur untuk dia yang kusayang. aku mendengar dering telp itu,,, aku sedang menghadapMU ya Allah,,,

Aku coba tenangkan diri, namun kenapa rasa resah mengguyur seluruh tubuhku? ketakutan yang ntah,, dering itu terhenti,,, dalam beberapa detik, aku mendengar sebuah sms masuk di HPku,, hatiku semakin resah, seketika ingin kusudahi ibadahku dan menjawab telp itu, seketika pula aku ingat betapa bodohnya aku. jantungku berdegup kencang,,
Ya Allah,, Syetan itu telah mengalahkanku,, cepat kubaca kalimat2 untukMU,, kusudahi sholatku,, kujawab telpon yang sekali lagi berbunyi..

Dengan perasaan tak menentu, aku jawab telp dan ya Allah,, kalimat yang kudengar pun tak jauh seperti yang kuduga,,, aku lagi2 dimaki, dituduh berbohong, diselimuti pikiran kotor. Allahu Akbar...
Aku boddddooooohhhhh
Aku menyesaaaaaalll
tapi apalah arti sesalku setelah semuanya terjadi?

Ya Allah,, kenapa ketakutanku melebihi takutku padaMU?? tidakkah aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk mengabdikan diri untukMU ya Allah....
Tiap sholat kuucapkan :Inna Sholatii Wa nusukii Wa mahyayaa wa mamatiii lillahi robbil 'alamien... dengan tulus kuserahkan semua jiwa raga, hidup mati, dan seluruh nasibku hanya padaMU,,,

Lalu kenapa ya Allah,,, aku lengah? aku lalai? aku masih membagi 'keberserahan'ku?

ALLAHU AKBAR
ASTAGHFIRULLAH,,,,
MAAFKAN AKU YA ALLLAAAAHHH


Selengkapnya...

Kerinduanku,,,

Pagi ini... Aku mendapatkan sebuah sms dari seoranng teman yang masih menghabiskan waktunya belajar di Kairo,,, isinya:

"hikmah hari ini:Jika SMS datang, cepat-cepat dibaca, Tpi kenapa tiba waktu sholat gak cepat-cepat melaksanakannya? Isi pulsa 10 ribu sanggup, tapi kenapa sedekah seribu saja berat? Waktu mandi bermacam-macam lagu dinyanyikan, tapi kenapa ketika makan BISMILLAH saja lupa? Jika pulsa habis susah payah harus segera diisi lagi, tapi kenapa dosa2 kita abaikan saja? Novel tebal dapat selesai kita baca, tapi kenapa baca qur'an satu ayat saja terasa sulit? HARUSKAH SIFAT-SIFAT SEPERTI INI KITA REMEHKAN?"



Subhanallah,,,, masya Allah,,, Astaghfirullah,,,

Aku benar2 tersindir,,, hmh,,, terima kasih, teman....

Semoga kita selalu diberi kesehatan dan panjang umur,,, sehingga terus bisa saling mengingatkan..



Watawashow Bil Haq

Watawashow Bish Shobri,,



Rinduku pada ma'had,,,

Rinduku pada damaiNYA,,

Rinduku pada waktu2 bersaa kita

Sholat berjamaah, qiroatul qur'an, qiyamul lail, shalawat, belajar bersama...

Hmmhh,,,,

Akankah kembali???

Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selengkapnya...

AKHIR KISAH..

090909...

Bismillah..
Akan kulangkahkan kakiku dengan penuh tawakkal padaMU Ya Allah...
Hanya pada Engkau aku mengadu, padamu aku memohon..
Kuatkanlah jiwa ini, kuatkanlah hati ini
untuk bisa menjalani hari dengan penuh keyakinan atas kekuasaanMU..

Ya Allah..
Inikah jawaban semua istikharahku?
jawaban tangis dan pintaku padaMU?
inikah yang terbaik untuk hidupku?

Keperihan ini semoga menjadi cambuk besar dalam hidupku
Bahwa aku tidak punya kuasa melebihi apa yang Engkau kehendaki dariku..
Bahwa aku bukanlah apa-apa
begitu dhoifnya aku...

Ya Allah..
Aku ikhlaskan semua cobaan, perih dan sakit ini...
untuk mendapatkan ridloMU..
Berilah aku cobaan yang terberat sekalipun yang membuatku lebih bijak menghadapi hidup ini,,,
namun,,, berikan pula aku kekuatan menghadapinya dalam peluk kasihmu
dalam kehangatan rahmanMU... ridloMU..

Ya Allah....
salahkah jika aku menangis?
Salahkah aku menyesali semua yang kulakukan?
masih pantaskah aku memohon ampunanMU?
mengharapkan belas kasihMU?

Ya Allah...
Kumohonkan kekuatan atas semua cobaan, hukuman dunia, keperihan jiwa ini...
Agar terjauh dari segala nista dan kekufuran...
Agar tetap istiqomah menjalankan syariatMU...

Romadlon mulia..
berikan aku cambuk untuk bisa melangkah lebih kuat..
Semoga Engkau masih sudi memasukkanku dalam golongan mereka yang Engkau Ridloi
Orang-orang terpilihMU...

Ihdina Shirotol Mustaqiiim...
Shirotolladziina an'amta alaihim..
ghoiril maghddlubi 'alaihim
Wala dhdholliiiin....
Amien.....

Selengkapnya...

Dialog jiwa

Di hening malam,,,
Ku bersujud padaMU ya Allah....
Kumohonkan petunjukMU atas segala yang tengah kuhadapi dalam hidup ini..

Kupanjatkan doa untuk mereka yang kusayang
Kumohonkan kedamaian jiwa untuk mereka yang kusayang
Dan....
Aku terpekur...
Tak tertahankan bulir2 mutiara itu menetes lagi...

Betap menggunungnya dosaku..
Betapa aku benar2 tidak pantas bahkan hanya untuk memimpikan syurgaMU...
Segala keangkuhanku
Segala kesombonganku
Kekufuranku atas ni'matMU...

Hatiku berkata lirih: sekian puluh tahun kau hidup, bisakah kau hitung berapa banyak ni'mat Allah yang telah kau rasakan...
Aku terdiam dan hanya bisa menangis...
uara hatiku berteriak lagi: lalu apa yang tlah Engkau lakukan untuk Tuhanmu??
Tangisku semakin deras, betapa aku kufur atas sgala ni'matmu.. Aku makhluk yang tak tau diri.. Terlintas dalam angan, bagaimana miskinnya hati dalam mengucap syukur, meminta, menuntut, namun angkuh dan kufur...

YA Allah,,,,
Begitu sabarnya Engkau...
Menghadapi segala kesombonganku..
Bahkan asmaMU pun kuhembuskan hanya ketika susah...
Namun Engkau tak pernah melupakanku...

Ya Allah...
Masih pantaskah aku mengharapkan ridloMU?
Masih pantaskah aku memohon lindunganMU?
Masih pantaskah aku mengharapkan syurgaMU?

Rabbana, la tuzik qulubana ba'da idz hadaitana wahablana min ladunka rrohmah innaka antal wahhaaab.....

Sujudku padaMU....
Mohon ampunan atas segala dosa...
aku merindukan damai bersamaMU....
Bismillah..
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selengkapnya...

Di Persimpangan Jalan..

Aku terdampar pada ketidakberdayaan
Aku terseok dalam langkah tak bertepi
Jiwaku goncang tak tau arah
Aku berpegang pada angin yang ntah membawaku kemana

Terlalu banyak kata NTAH
Terlalu banyak keluh kesah
Terlalu banyak air mata


Dan kini…
Atas semua ini, aku hanya bisa terdiam
Terpekur merenungi jalan yang akan kulalui
Akankah ada tepi?
Atau tempat bersinggah untuk menenangkan hati?
Akankah ada akhir?

Hanya namaMU yang terus menerus kuhembuskan bersama nafasku
Perjalanan panjang yang seringkali menafikanMU..
Dalam keterpurukan ini,
Aku menyebut namaMU..

Kemana kaki ini harus kulangkahkan?
Dipersimpangan aku terjerembab
Dalam penantian ini aku terperangkap
Aku tak paham…
Aku tak mengerti..

Apa rahasiaMU yang Engkau sembunyikan dariku?
Atau semua adalah murkamu?
Aku rapuh..
Aku lemah…

“Dipersimpangan jalan”
Selengkapnya...

What a bad girl I am..

Ternyata aku memang bukan org baik..

Pantas saja hidup dengan segala hukuman

Terlalu sombong dan dongak

Tersanjung dengan pujian2 sekitar



Kenapa hati ini kotor?

Kenapa jiwa ini kotor?

Kenapa mulut ini kotor?

Dan kenapa aku tidak membasuh diri?



Ya Allah....

Masihkah engkau berikan aku waktu

Untuk memohon ampunanMU

Mendapatkan ridloMU?

Menggapai derajat orang-orang yang Engkau tinggikan?



Tunjukkan aku jalan terbaik menuju syurgaMU..

Dimana kekekalan adalah mutlak

Tempat orang-orang yang mensucikan hati

Orang-orang yang penuh qonaah, dan tawakkal...





Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selengkapnya...