PSIKOPAT....

Apa yang terlintas pertama kali dalam benak anda saat mendengar kata psikopat?. Pembunuh berdarah dingin. Brrr..

Di sebut pembunuh berdarah dingin kategorinya adalah: bila si pelaku membunuh korban dengan sadar, terencana, rapih, dan korbannya lebih dari satu. Menariknya, kalo liat di film-film, pembunuh berdarah dingin ini justru lebih sulit dikenali. Bukan kayak preman dadakan di pasar itu loh. Gampang banget dikenali. Bertato, wajah sok sangar, bergelang akar bahar, kadang-kadang lehernya berlingkar kalung yang liontinnya diisi jimat. Beda banget dengan tampilan psikopat, yang elegant, simpatik, kadang cenderung kemayu saking santun bicaranya, perayu ulung, well-educated. Pokoknya, in general, mereka tetap bisa berbaur dan bersosialisasi sebagaimana orang awam lainnya.


Masih ingat kasus Oki itu kan? yang membunuh adik dan sahabatnya. Itu korban yang sempat ketauan, loh. Gak tau deh kalo masih ada korban lain yang belum diketemukan. Kurang cerdas apa ia. Secara ekonomi juga sangat berkecukupan. Liat saja saat ia di wawancara. Sungguh kita tak akan mengira kalo ia tega membunuh. Tampak sangat terpelajar, kharismatik dan mapan. Tutur katanya halus dan berisi.
Begitu pula kasus Michael swango. Seorang dokter. Membunuh korbannya di meja operasi.

Contoh para psikopat sejati.

Yang lagi nge-trend sekarang kasus Ryan. Tengok apa pandangan para tetangga atau orang-orang yang mengenalnya. Dia di sebut sebagai pribadi yang santun, religius, dan polos. Ya. Ada lagi tipe psikopat seperti ini. yang tampilan luarnya terlihat lugu, polos, rajin sembahyang dan gak keliatan frontal.

Makin sulit di deteksi, semakin menunjukkan tingkatan ‘kualitas’ ke-psikopat-annya.

Tapi apakah psikopat itu selalu identik dengan pembunuh berdarah dingin?. Tidak selalu berarti pembunuhan dalam arti fisik, menurut saya. Tidak hanya mencakup aspek fisik melainkan juga aspek psikologis. Istlahnya pembunuhan karakter. Secara fisik si korban memang masih hidup, tapi mentalnya sudah ancur-ancuran.

Ini juga tak kalah mengerikan. Bayangkan dia bisa men-drive orang lain. Mengubah mind-set orang. Dan si korban justru gak merasa jadi korban. Canggih..

Motif si psikopat biasanya dipicu dari 3 hal: harta / uang, kedudukan dan pasangan. Harta, tahta, wanita, kalo merujuk hadits Rasul.:) Dipicu oleh persoalan cemburu karena pasangan berpaling. Dipicu kebutuhan untuk punya power. Yah..hal-hal seputar itulah.

Lalu bagaimana mengenali karakter si psikopat? Karakter yang menonjol dari kepribadian ini adalah: posesif (rasa kepemilikan yang ekstrem), narcist / megalomania (waham bahwa dirinya lebih hebat dari orang lain), histrionik (pandai bersandiwara / pandai memanipulasi / hipokrit) dan suka menyiksa orang (secara fisik atau verbal). Posesif tidak menandakan bahwa ia adalah seorang yang setia, loh. Dia justru suka tantangan. Yang sembunyi-sembunyi. Seperti perselingkuhan. Bercinta dengan sesama jenis. Atau kejahatan kerah putih (white collar-crime) seperti: korupsi.

Posesif terhadap pasangan. posesif terhadap uang. Posesif dengan kedudukan. Selalu bersinergi. Walau kadang-kadang ada psikopat yang posesivitas-nya terhadap satu hal lebih menonjol ketimbang yang lain. Apapun itu. Jangan coba-coba membuka front dengannya. Jangan pernah menganggu apa yang telah diklaim sebagai miliknya. Salah sedikit, nyawa melayang. Atau itu tadi, mungkin bukan nyawa melainkan: pembunuhan karakter, istilahnya. Dari cara halus hingga yang sarkas. Dari yang sok ramah di depan anda, tapi menghabisi di belakang. Sampai yang terang-terangan memusuhi anda. Menggosipi habis-habisan. Menjatuhkan nama baik dan reputasi anda. Menghancurkan semangat. Mengintimidasi, bahkan tak segan melakukan tindakan kekerasan fisik. Pokonya, sampai pada diri korban terbangun mental guilty-feeling. Bahwa anda-lah yang bersalah. Gara-gara anda semua masalah ini terjadi. Dia gak akan pernah berhenti sampai si korban menyerah. Sampai si korban menuruti apa yang ia mau. Kalo perlu dia akan memaksa korban ‘hilang dari peredaran’. Sampai si korban merasa ‘nothing’.

Seperti yang sempat disinggung di awal, mereka sangat terampil mengatur kata (verbal atau nonverbal, bahkan mungkin keduanya), dan pandai memutar-balik fakta. Kadang kita pun sulit membedakan mana fakta atau sekedar buah khayalannya semata. Semua dituturkan dengan menyakinkan. Dengan intensitas emosi yang relatif sama. Datar saja. Lempeng dot com. Seolah memang seperti itu kejadiannya. Kecuali ada bukti yang memang tidak bisa dielakkan. Ada bukti sekalipun, dia masih bisa berkelit dengan rasionalisasi. Memberi alasan yang kira-kira make-sense, sehingga orang-orangpun bisa mafhum kenapa hal itu terjadi.

Secara emosi, mereka sangat mudah bereaksi terhadap kegagalan, kritikan orang, ejekan. Semuanya kemarahan dan perasaannya biasanya ia pendam dulu. Di akumulasi sekian lama. Menunggu moment yang tepat. Mereka orang yang rapih.

Kenapa orang bisa psikopat? Wah, itu mah genetik ya. Bakat. Bawaan. Namanya juga sakit jiwa. Ada warisan genetik dari pendahulu, mungkin kakek, buyut. Pemicunya saja yang bisa kita kontrol. Ironisnya, sistem pendidikan kita saat ini yang berorientasi pada persaingan. Berlomba meraih nilai. Menjadi pemicu yang paling efektif untuk menyubur-kembangkan lahirnya para psikopat.

Antisipasinya musti dari orangtua. Setiap orangtua hendaknya mengkonstruk orientasi yang tepat tentang makna hidup. Agar segala obsesi, keinginan hawa-nafsu kita tidak menjelma pada keturunan kita kelak.