Semua telah tidak bersahabat

Beberapa komentar kuterima saat kunyatakan bahwa ‘semua telah tak bersahabat’. Apatis, mungkin ada benarnya, tapi cukup beralasan untuk menyatakan hal ini. Berbagai kondisi dan berita akhir-akhir ini dari segala bentuk alur informasi menguakkan betapa ‘semua telah tak bersahabat’.


Beberapa waktu lalu, kita mendengar isu murahan yang beredar tentang Kiamat 2012. Saat mendengarnya, saya hanya geleng-geleng kepala. “Sudah sebegitu hebat dan pintarkah manusia sehingga bisa meramal kapan kiamat tiba, bukankah hanya Tuhan yang mengetahui kapan saat itu tiba?”. Saya pun penasaran dengan informasi ini. Mencari informasi yang lebih ilmiah dan lebih masuk akal sehingga ada cukup alasan untuk mengatakan kiamat (baca: kehancuran besar) akan terjadi pada tahun 2012. Saya menemukan beberapa artikel tentang hal ini. Menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975. Apakah ini murni perubahan alam, atau sebenarnya karna ulah manusia? Jika benar terjadi, alam atau manusiakah yang tidak bersahabat?

Pemilu yang katanya merupakan pesta rakyat telah menyita perhatian banyak orang, tidak hanya di Indonesia, bahkan mancanegara. Lihatlah segala prosesnya, apakah benar menjadi pesta rakyat? Apakah ini maksdunya pesta membagikan rejeki orang-orang berduit dan setelah tidak terpilih, mereka minta kembali. Benarkah bantuan itu karma kamanusiaan, atau karma hanya memikirkan diri sendiri?

Sekitar bulan Februari – Maret lalu, kita mendengar berita tentang harimau sumatera yang memangsa pembuka lahan di Jambi. Kurang lebih 12 orang meninggal dunia. Pada awal Mei, berita lain tentang gajah yang masuk lahan perkebunan dan merusak tanaman terjadi di Jambi, dan dalam dua minggu ini, harimau di Kerinci berkeliaran di perkampunagn penduduk dan sempat pula berduel dengan seorang peternak sapi. Apakah binatang-binatang itu sudah tidak bersahabat, atau manusia yang tida bersahabat?

Banyak lagi kejadian alam lainnya. Banjir dimana-mana, tanah longsor, wabah penyakit, gunung meletus dan musibah lainnya. Apakah semua ini mengingatkan kita tentang betapa egoisnya manusia? Atau memang alam yang sudah tua? Atau alam telah kehilangan sabarnya?

Banyak petani akhirnya gagal panen, padahal mereka telah gigih bekerja. Sudah sebegitu marahkah alam pada kita sehingga mengurangi kebaikannya bagi kehidupan kita?

Pembaca mungkin akan berkomentar tulisan ini sebuah tulisan putus asa. Tapi saya cukup punya alasan untuk mengungkapkan semua ini. Ini merupakan ungkapan jiwa seseorang yang haus akan kedamaian, keindahan masa-masa dimana semua masih bersahabat, masih berfikir tentang kearifan bersama, karena kita diciptakan untuk saling membantu dan membuat kedamaian di atas bumi ini, bukan kerusakan. Ketika semua telah marah dan memikirkan diri sendiri, lalu siapa yang akan memikirkan bumi ini? Tempat kita berpijak dan sumber kehidupan untuk semua makhluk. Kiamat adalah kehancuran yang kita buat sendiri. Kehancuran sesungguhnya adalah ingin kita yang kita ciptakan sendiri dengan tangan-tangan kita. Tuhan telah sangat bijak membiarkan kita berbuat semaunya, dan kita pula yang memetik buah dari apa yang kita perbuat.

YOK BERSAHABAT DENGAN ALAM.. DARI HAL YANG PALING KECIL SEKALIPUN…..