ALAM RAHIM

Adakah anggota tubuh manusia yang memakai nama terambil dari akar kata salah satu Asmâ al-Husnâ (nama-nama yang terbaik Allah)? Mari kita berpikir sejenak! Apa jawabannya? Bukankah jawabannya adalah Rahim? Yah, satu-satunya anggota tubuh manusia yang memakai nama-Nya, hanya rahim, dan ini ada hanya pada perempuan. Allah sendiri, dalam sebuah hadis Qudsi, menegaskan hal itu, "Aku adalah Ar-Rahmân, Aku menciptakan rahim, Ku-ambilkan untuknya nama yang berakar dari nama-Ku. Siapa yang menyambungkannya (silaturahmin) akan Ku-sambungkan (rahmat-Ku) untuknya dan siapa yang memutuskannya Kuputuskan (rahmat-Ku baginya." (HR. Abu Daud & At-Tirmidzi)


Tentu saja, penamaan ini, bukan kebetulan. Melainkan sebuah password (kata kunci) yang Allah Swt. berikan kepada kita agar kita bisa mengungkap misteri di balik penamaan tersebut. Supaya mutiara hikmahnya terkuak, maka mari kita selami makna kata "rahim" tersebut secara bahasa!

Kata "rahim" berasal dari bahasa Arab. Kata ini diambil dari akar katanya, yaitu rahmat. Dan Quraish Shihab dalam bukunya; "Menyingkap Tabir Ilahi" (Lentera Hati, 2001), mengatakan bahwa menurut ahli bahasa Arab Ibnu Faris (wafat 395 H) semua kata yang terdiri dari huruf-huruf Râ, Hâ, dan Mîm, mengandung makna "kelemahlembutan, kasih sayang, dan kehalusan."

Dalam Al-Quran, kata yang berasal dari tiga huruf itu disebutkan sebanyak 177 kali, kata Ar-Rahmân terulang 57 kali, kata Ar-Rahîm sebanyak 97 kali, dan sisanya dalam bentuk kata kerja. Sedangkan penggunaan kata rahim dengan makna tempat penciptaan manusia; kandungan, terulang sebanyak 7 kali.

Dari tinjauan secara bahasa tersebut, kata rahim mengandung filosofis dan hikmah yang harus kita renungkan bersama. Dalam hadis Qudsi di atas, ketika Allah Swt. memberitahu kita bahwa Dia menciptakan rahim dan penamaannya diambil dari nama-Nya, maka ini menegaskan kepada kita bahwa Allah Swt. sebagai Khâliq (Pencipta) dan keberadaan kita adalah bukti dari rahmân dan rahîm Allah Swt.

Tanpa rahmat-Nya, maka kita tidak pernah ada. Betapa tidak, coba kita bayangkan, kita bermula dari air yang kita anggap hina; dari setetes mani (sperma) yang dipancarkan dalam rahim untuk membuahi sel telur (ovum). Dari pembuahan ini, jadilah nuthfah (zigota). Kemudian, nuthfah yang bercampur itu menjadi dua sel, lalu dua sel itu membelah menjadi empat. Empat sel itu, terus membelah dan berkembang, jadilah 'alaqah (segumpal darah; implantasi), lalu menjadi mudhghah (segumpal daging; embrio). Lalu, mudhghah itu menjadi segumpal tulang, akhirnya tulang-belulang itu dibungkus daging, maka jadilah janin yang sempurna anggota tubuhnya. Pernahkah kita memikirkan, bagaimana bisa terjadi dari satu sel yang sama bisa menjadi sesuatu yang berbeda, ada yang jadi otak, kepala, tangan, kaki, dan seluruh anggota badan? Apakah pembelahan dan perkembangan sel-sel itu terjadi dengan sendirinya? Tentu saja, pertanyaan ini akan terjawab, bila kita memahami makna hadis qudsi di atas, yaitu Allahlah yang menciptakan semua itu.

Yang lebih menarik lagi adalah bagaimana Al-Quran dan Al-Hadis Nabi bisa berbicara tentang sesuatu yang terjadi dalam rahim, padahal ilmu kedokteran, terutama ilmu kandungan, lahir setelah 14 abad kemudian? Suatu hal yang mustahil, jika Muhammad Saw. bukan seorang nabi, bisa menjelaskan kejadian di alam rahim. Selain beliau ummi (buta huruf), juga waktu itu belum ditemukan peralatan untuk melihat proses kejadian manusia dalam rahim. Subhanallâh, inilah bukti bahwa Muhammad Saw. adalah seorang nabi dan rasul, serta ajaran yang beliau sampaikan benar-benar dari Allah rabbul 'âlamîn.

Lantas, seperti apakah penjelasan Allah dan rasul-Nya itu? Dalam Al-Quran, Allah Swt. memaparkan kejadian kita dimulai dari suatu masa yang belum dapat disebut. Fase ini, dalam ilmu psikologi, dikenal dengan istilah masa konsepsi. Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut. (QS. Al-Insân [76]:1)

Mengapa masa ini disebut "belum merupakan sesuatu yang dapat disebut"? Wallâhu a'lâm. Ada dua kemungkinan untuk menjawab hal ini. Pertama, pada masa ini, kita masih berupa pembelahan sel. Sebab, hingga akhir minggu keempat, kita belum dapat mengenal anggota tubuh tertentu. Penjelasan kedua, sebab pada fase ini rûh belum ditiupkan oleh Allah Swt. dalam tubuh kita. Sedangkan yang disebut manusia adalah perpaduan dari jasad dan ruhani.

Secara gamblang dan runtut, Allah Swt. memaparkan proses kejadian kita. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS. Al-Mu'minûn [23]:12-14).

Adapun dalam hadis, nabi Muhammad Saw. bersabda, "Sesungguhnya setiap orang diantara kalian penciptaannya dikumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, lantas malaikat dikirim untuk menghembuskan ruh padanya. Dan malaikat diperintah untuk menuliskan tentang rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya." (HR. Bukhari)

Itulah proses kejadian kita secara jasadiyah. Untuk lebih lengkap dan detailnya, sebaiknya Anda baca langsung dari buku-buku kedokteran atau buku yang secara khusus membahasnya. Sebab, terlalu panjang, dan kurang relevan kita bicarakan dalam buku ini. Sekarang yang patut kita renungkan, yaitu tentang sperma.

Satu tetes sperma mengandung sekitar dua juta sel sperma, dan yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur hanya satu sel sperma. Jadi, tidak semua sperma membuahi sel telur. Hal ini ditegaskan oleh baginda nabi, "Tidak setiap mani (sperma) itu menjadi anak." (HR. Muslim) Lalu, apakah penciptaan jutaan sel sperma itu sesuatu yang sia-sia? Tentu saja tidak, sebab tidak ada yang sia-sia bagi perbuatan Allah Swt. (QS. Ali Imran [3]:191). Ini Allah Swt. lakukan, agar kita mengambil hikmah dari proses penciptaan kita. Lantas, apa hikmahnya?

Kalau sel sperma itu berjumlah dua juta dan hanya satu yang bisa membuahi sel telur, berarti terjadi kompetisi diantara mereka, maka sel yang bisa bertemu dengan sel telur itu adalah sel sperma yang terbaik.. Sperma pilihan. Ini sel sperma yang mendapatkan kasih sayang dari Allah Swt. Di alam rahim ini terjadi penyeleksian bibit yang terbaik. Maka siapapun yang terlahir di muka bumi punya peluang untuk menjadi yang terbaik, sebab di alam rahim telah memiliki prestasi menjadi Sperma Terbaik.

Setelah bentuk kita sempurna, maka Allah meniupkan ruh, dalam jasad kita. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur (QS. Al-Sajdah [32]:9). Selanjutnya, mengadakan perjanjian diantara kita dengan-Nya. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu". Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) (QS. Al'A'râf [7]:172).

Dalam perjanjian itu, seolah-olah, kita berjanji untuk tidak melupakan kasih sayang Allah Swt. setelah nanti kita lahir di muka bumi ini. Selama di alam rahim ini, kita telah mendapatkan begitu banyak kasih sayang-Nya, maka jangan sampai hal itu kita lupakan. Tanpa kasih sayang-Nya, maka mana mungkin nuthfah (sperma) itu bisa berubah menjadi manusia. Sebab, pada akhir fase mudhgah, malaikat yang mengurus proses penciptaan kita, akan bertanya kepada Allah Swt., apakah proses dilanjutkan atau tidak. Allahlah yang memutuskan, apakah tidak terjadi tercipta. Hal ini yang diungkapkan oleh rasulullah Saw. dalam hadis, "Jika nuthfah berada dalam rahim, malaikat berkata: "Wahai Allah, apakah ini diciptakan atau tidak?" Jika Allah berfirman tidak diciptakan, maka rahim itu akan mengeluarkannya (dalam bentuk darah)." (HR. Ibnu Abu Hatim)

Di alam ruh ini, kita juga merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Sehingga ibu kita selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari sangat begitu hati-hati memilih apa yang beliau makan, minum, dan yang beliau lakukan. Jadi, kita mendapatkan curahan kasih sayang dari Allah Swt. dan ibu secara sekaligus. Maka wajar saja jika tempat kita bersemanyam pertama kali ini disebut rahim, sebab di tempat ini kita mendapatkan kasih sayang penuh.