Tuhan, ijinkan aku jadi pelacur, sebuah novel (part 2)

sebenarnya, telah lama saya rampung membaca novel itu. Jika ada yang bertanya kenapa saya mau membeli dan membaca novel itu, jawabannya adalah karna saya bertanya dalam hati, kenapa sang pelaku begitu angkuh memohon ijin menjadi pelacur kepada Tuhan, sementara dia adalah seorang aktivis islam, seorang muslimah yang katanya kaffah.

Setelah membaca novel ini, kutemukan bahwa Nidah Kirani tidak pantas dikatakan sebagai muslimah kaffah, karna tidak ada seorang muslimah kaffah yang menyikapi hidup begitu rapuh, hanya karna kekecewaan terhadap figur-figur yang ia dambakan. Islam tidak berkiblat pada figur, islam berkiblat pada AL-QUR'AN dan hadits. Lalu, jika sang Nidah telah melaknat Tuhan karna kekecewaannya, ia telah salah kaprah.

Novel ini sangat rentan bagi kita yang rapuh, yang masih labil. Begitu kental jiwa pemberontak sang Nidah, dan ini bukan merupakan sikap seorang muslimah kaffah.

Nidah telah salah kaprah, jika memang ingin menjalankan syariat Islam secara benar, bukan pada figur, tapi pada ajaran itu sendiri. So, jika ingin menjalankan ISLAM secara kaffah, kembalilah pada ALQURAN dan hadis. jangan salah kaprah.