Empat malam berlalu, sejak sesuatu menghunus dalam, tepat di tengah rongga dada.
Sejak itu pula, tetesan mutiara di pipi tak terhenti. Sejak itu pula, mata tak bisa diajak kompromi, tak mau terpejam, badan lemas, otak tetap aja bekerja keras.
Yang menyedihkan...
Bukan bertanggungjawab, bukan menenangkan, namun tetap merobek2 luka yang ada. Aku pun semakin rapuh, semakin merasakan perih, semakin terjebak dalam rasa.
Aku merindukan kasih sayang tulus, kelembutan, kesahajaan, yang menentramkan jiwa, yang menenangkan jiwa.
Aku rindu damai.. Aku rindu hijau bukan merah membakar...
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Posts by : Admin